BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar
Belakang
Dalam era globalisasi ini, seiring dengan perkembangan
teknologi yang semakin canggih, pendidikan pun semakin diutamakan untuk
menciptakan sumber daya manusia yang berkualitas. Pendidikan adalah hak warga negara
yaitu suatu tuntunan, pimpinan, dan bimbingan yang dilakukan secara sadar atau
sengaja kepada individu, kelompok, serta masyarakat untuk mencapai tujuan
tertentu. Tidak terkecuali
pendidikan di usia dini merupakan hak warga negara dalam mengembangkan potensinya
sejak dini. Pendidikan
anak usia dini merupakan upaya pembinaan yang ditujukan kepada anak sejak lahir
sampai dengan usia 6 tahun yang dilakukan melalui pemberian stimulus pendidikan
agar membantu perkembangan, pertumbuhan baik jasmani maupun rohani sehingga
anak memiliki kesiapan untuk memasuki pendidikan yang lebih lanjut.
Untuk memenuhi
pendidikan dibutuhkan seorang pendidik yaitu guru untuk mengajar dan melatih
anak didik ke arah tujuan tertentu. Dengan dikeluarkannya beberapa kebijakan
baru oleh pemerintah mengenai pendidikan seperti Undang-Undang Republik
Indonseia No. 20 tahun 2003 tentang sistem Pendidikan Nasional, Undang-Undang
Guru No. 15 Tahun 2005, Peraturan Pemerintah No. 19 Tahun 2005, sangat
berpengaruh terhadap pengembangan profesi guru (pendidik) PAUD dan juga tuntutan yang harus di penuhi dalam
menjalankan pekerjaannya. Oleh kerena itu, calon guru (pendidikan) PAUD perlu
memahami kebijakan tersebut selain untuk menambah wawasan tentang profesinya
juga sebagai bekal untuk mengembangkan karir di masa mendatang. Selain itu guru
(pendidik) PAUD perlu memahami tentang tuntutan kualifikasi, kedudukan PAUD
dalam pendidikan Nasional, profil guru, kompetensi, karir, kiat menjadi guru
PAUD yang “kaya” dan cara pendidik PAUD yang dapat menerapkan entrepreneurship.
Begitu banyak permasalahan-permasalahan yang dihadapai oleh guru PAUD seperti
ketidaktahuan cara mendidik anak usia dini, kurang memahami kepribadian anak,
serta kurang mengetahui model pembelajaran untuk anak usia dini.
Dari permasalahan tersebut,
maka penulis membuat makalah dengan judul: ”PAUD dan Permasalahannya”.
1.2 Rumusan Masalah
Dari permasalahan di
atas dapat dirumuskan masalah sebagai berikut.
1. Apa
yang dimaksud dengan pembelajaran?
2. Bagaimana
menciptakan kondisi pembelajaran di kelas yang sesuai untuk perkembangan anak
usia dini?
3. Apa
saja permasalahan-permasalahan guru PAUD dalam proses mengajar?
4. Apa
pengertian suasana belajar?
1.3 Tujuan Penulisan
Adapun tujuan dari penulisan makalah ini yaitu sebagai
berikut.
1. Untuk
mengetahui pengertian dari pembelajaran.
2. Untuk
mengetahui cara menciptakan kondisi pembelajaran di kelas yang sesuai untuk
perkembangan anak usia dini.
3. Untuk
mengetahui permasalahan-permasalahan guru PAUD dalam proses mengajar.
4. Untuk
mengetahui pengertian suasana belajar.
1.4 Manfaat Penulisan
Adapun manfaat dari penulisan makalah ini yaitu agar para
guru khususnya guru PAUD bisa dengan mudah mendidik anak didik sesuai dengan
konsep-konsep yang telah ditetapkan.
BAB
II
PEMBAHASAN
2.1 Teori
Pembelajaran
Reigeluth (1983)
menjelaskan dalam teori pembelajaran terdapat tiga variabel, yaitu:
a.
Variabel
kondisi, yaitu faktor faktor yang
mempengaruhi efek metode dalam meningkatkan hasil pembelajaran.
Variable
ini berinteraksi dengan metode pembelajaran dan hakikatnya tidak dapat
dimanipulasi.
b.
Variabel metode, yaitu cara-cara yang berbeda untuk mencapai hasil pembelajaran
yang berbeda dibawah kondisi yang berbeda.
c.
Variabel hasil belajar, yaitu semua efek yang dapat dijadikan sebagai indikator tentang
nilai dari penggunaan metode pembelajaran dibawah kondisi yang berbeda.
Hasil pembelajaran biasa berupa hasil nyata (actual outcomes) dan hasil yang
diinginkan (desired outcomes). Actual outcomes adalah hasil yang nyata dicapai
dari penggunaan suatu metode di bawah kondisi tertentu. Adapun desired
outcomes, yakni tujuan yang ingin dicapai, yang sering mempengaruhi keputusan
perancang pembelajaran dalam melakukan pilihan metode yang sebaiknya digunakan.
Contoh
:
Di sekolah A, guru memiliki peluang untuk menggunakan berbagai metode pembelajaran, sedangkan di sekolah B, hanya satu metode yang mungkin digunakan. Dalam contoh ini, variabel yang termasuk di metode sekolah A merupakan kondisi di sekolah B.
Di sekolah A, guru memiliki peluang untuk menggunakan berbagai metode pembelajaran, sedangkan di sekolah B, hanya satu metode yang mungkin digunakan. Dalam contoh ini, variabel yang termasuk di metode sekolah A merupakan kondisi di sekolah B.
Semua komponen
pembelajaran tersebut berinteraksi dalam kesatuan yang utuh membentuk suatu
proses pembelajaran. Kaitan ketiga variabel yang dikemukakan Reigeluth seperti
gambar di bawah ini.
Gambar
2. Kaitan ketiga variabel Reigeluth
Kaitan antara
ketiga variabel tersebut merupakan tiga hal penting dalam suatu proses
pembelajaran, yaitu kondisi pembelajaran, metode pembelajaran, dan hasil
pembelajaran, dimana aspek kondisi pembelajaran menempati urutan pertama dan
sebagai penentu dalam merancang strategi pembelajaran dalam mencapai hasil
belajar. Hal ini menekankan pada komponen yang mementingkan perhatian pada
karakteristik materi (tema), anak, tujuan, dan hambatannya. Aspek metode
pembelajaran menekankan pada komponen yang mementingkan perhatian pada komponen
yang mementingkan strategi dan aspek hasil lebih dilihat dari komponen
efektivitas, efisiensi, serta daya tarik dari pembelajaran akan berjalan lancar
dan mencapai hasil yang telah dirumuskan dalam tujuan pembelajaran. Kerangka
teori pembelajaran Reigeluth membangun sinergi antar variabel, yaiu tiga
kategori variabel pembelajaran dan dua bentuk hubungan antara variabel. Berikut
gambar hubungan yang terjadi antar variabel tersebut.
Gambar
2. Kerangka teori pembelajaran Reigeluth
Penjelasan
sederhana dari teori yang dikemukakan Reigeluth dapat dirumuskan dengan hal
berikut: supaya anak yang mengalami hambatan dalam belajar dapat belajar dengan
baik (hasil) maka perlu diberikan perlakuan ayng berbeda dengan mereka yang
tidak mengalami hambatan dalam belajar. Hal ini didukung oleh pendapat Miarso
bahwa apabila kerangka teori dipetakan, maka akan dapat terlihat dengan jelas
kaitan antara variabel pembelajaran seperti tabel berikut.
KONDISI
|
PERLAKUAN
|
HASIL
|
Sama
|
Sama
|
Sama
|
Sama
|
Berbeda
|
Berbeda
|
Berbeda
|
Sama
|
Berbeda
|
Berbeda
|
Berbeda
|
Mungkin sama
|
Dalam proses pembelajaran dilakukan upaya menciptakan
suasana belajar yang menyenangkan dan kondusif sehingga menjadikan sesuatu yang
sulit bagi anak menjadi mudah dan menyenangkan, terjadi interaksi antara anak
dan guru. Suasana belajar yang kondusif dapat mengakomodir perbedaan anak,
salah satunya adalah perbedaan konsep diri anak, dimana jika anak yang berbeda
diajarkan dalam suasana belajar yang dapat membuat mereka nyaman maka akan
mudah meningkatkan prestasi dan hasil belajar mereka serta mengungkapkan bakat
seorang anak.
Beberapa
pengertian pembelajaran menurut para ahli:
a. Snelbecker
(1974)
Pembelajaran
adalah suatu integrasi dari seperangkat prinsip yang menjelaskan tentang
pedoman untuk mengatur kondisi-kondisi belajar dalam mencapai tujuan-tujuan pendidikan.
b. Kemp
(1985)
Pembelajaran
adalah proses yang kompleks terdiri dari fungsi dan bagian yang saling
berhubungan satu dengan yang lainnya serta diselenggarakan secara logis untuk
mencapai keberhasilan dalam belajar.
c. Joyce
(2009)
Pembelajaran
adalah pengaturan lingkungan agar peserta didik dapat saling berinteraksi dan
dapat belajar bagaimana seharusnya belajar.
d. Moore
(2005)
Pembelajaran
adalah tindakan seseorang yang berusaha
untuk membantu orang lain dalam mengembangkan semua potensi yang dimiliki secara
maksimal.
Jadi,
secara umum pembelajaran adalah suatu proses membangun situasi dan kondisi
belajar melalui penataan setiap komponen pembelajaran mulai dari tujuan, materi, metode dan media,
alokasi waktu, evaluasi yang mendorong timbulnya kegiatan belajar sehingga
memungkinkan akan memperoleh pengalaman belajar, suasana yang dapat menciptakan
kenyamanan dan kemudahan anak dalam belajar sehingga terjadi interaksi selama
proses pembelajaran.
2.2 Pembelajaran di Kelas
Proses
pembelajaran di kelas anak usia dini tidak terlepas dari bagaimana peran guru
dalam menciptakan suasana belajar, strategi pembelajaran, media, serta
model pembelajaran yang digunakan. Model
pembelajaran merupakan landasan praktik pembelajaran hasil penurunan teori
psikologi pendidikan dan belajar, yang dirancang berdasarkan proses analisis
yang diarahkan pada implementasi kurikulum dan implikasinya pada tingkat
operasional di depan kelas. Seorang guru PAUD harus bisa membuat model pembelajaran
yang menarik perhatian anak. Disamping penggunaan model pembelajaran yang baik
di kelas, pendekatan belajarpun juga tidak kalah penting yang harus
diperhatikan oleh guru anak usia dini dalam membelajarkan di kelas. Pendekatan
adalah suatu antar usaha dalam aktivitas kajian, atau interaksi, relasi dalam
suasana tertentu, dengan individu atau kelompok melalui penggunaan
metode-metode tertentu secara efektif. Dalam pembelajaran juga ada strategi
pembelajaran yang merupakan cara guru dalam mengatur, memanajemen, mengintegrasikan
semua urutan kegiatan pembelajaran di kelas serta mengorganisasikan tema-tema
yang diajarkan dengan media, waktu yang digunakan dalam proses pembelajaran,
untuk mencapai tujuan pembelajaran yang telah ditentukan secara efektif dan
efisien.
Pembelajaran yang efektif tidak akan terwujud tanpa
adanya sebuah perencanaan yang baik. Seorang guru anak usia dini haruslah
menguasai teknik dalam membelajarkan, dimana menurut Moore (2001) perencanaan belajar dibagi menjadi duanbagian, yaitu
rencana mingguan dan rencana harian. Rencana mingguan menurutnya sangat perlu
sebagai pedoman garis besar program pengajaran yang dapat disipkan oleh guru.
Sedangkan rencana harian adalah suatu rencana pembelajaran yang disusun untuk
setiap pertemuan dan setiap hari yang bersentuhan langsung dengan suasana
kelas. Dengan demikian, menjadi hal kritis yang penting dilakukan adalah
menciptakan iklim belajar peserta didik. Bern
dan Erickson menegaskan bahwa
terciptanya lingkungan yang mendorong terjadinya “self regulated learning” merupakan persyaratan dasar terwujudnya
pembelajaran efektif bagi kemandirian seorang anak. Iklim belajar atau
suasana belajar tersebut diharapkan bermakna serta dapat menghubungkan isi
pelajaran dengan konteks kehidupan anak. Hal ini senada dengan pernyataan Goodman
dan Moll (1993) yang menyatakan bahwa, “One key to teacher’s success is building an atmosphere of mutual
respect in their learning kooperatif classroom. These become social communities
where teacher value each learner, help the learners of their students.”
Guru harus menjalin kerja sama dengan siswanya, dan kreatif menciptakan suasana
belajar yang dapat meningkatkan kemandirian dan pengetahuan anak.
Ada
beberapa permasalahan pembelajaran yang terjadi di kelas, yaitu:
a.
Peran guru masih sangat dominan, hal ini dibuktikan
dengan kegiatan utama guru di dalam kelas hanya menyampaikan informasi yang
bersifat satu arah sehingga anak cenderung menjadi pasif.
b.
Sebagian besar guru menyandarkan pemilihan bahan
ajarnya pada buku teks yang telah baku, sehingga peserta didik kurang mendapat
perpektif yang realistik dan berdayaguna bagi
pemecahan masalah dalam kehidupan sehari-hari.
c.
Adanya pengaturan tempat duduk dan penugasan yang
cenderung mengisolasi satu anak dengan anak lainnya, sehingga mempersulit
komunikasi dan pertukaran pikiran antar peserta didik.
d.
Pertanyaan yang dilontarkan lebih banyak bersifat
konvergen daripada divergen, sehingga melumpuhkan kreativitas anak yang tentu
juga mempengaruhi kemandirian anak, sebab anak yang kreatif cenderung mandiri.
Dalam
mencari solusi permasalahan yang terjadi di kelas, salah satu solusinya guru
harus mncari model pembelajaran ayng tepat yang dapat mengakomodir semua
perbedaan anak dan dapat membuat anak merasa nyaman dan dalam belajar. Berikut
beberapa model pembelajaran yang harus diketahui oleh guru anak usia dini.
a. Model
belajar behaviorisme
Teori behavioristik
adalah sebuah teori yang dicetuskan oleh Gage
dan Berliner tentang perubahan
tingkah laku sebagai hasil dari pengalaman. Teori behavioristik
dengan model hubungan stimulus-responnya, mendudukkan orang yang belajar
sebagai individu yang pasif. Respon atau perilaku tertentu dengan menggunakan metode
pelatihan atau pembiasaan semata. Munculnya perilaku akan semakin kuat bila
diberikan penguatan dan akan menghilang bila dikenai hukuman. Menurut Gagne et.al (1992), terdapat delapan elemen yang
harus dilakukan guru dalam proses pembelajaran di sekolah:
1)
Menarik perhatian
2)
Menjelaskan tujuan
3)
Merangsang proses “recall”
4)
Menyiapkan bahan atau materi yang dapat
merangsang atau enarik perhatian
5)
Menyediakan bimbingan terhadap peserta
didik
6)
Memeberi penghargaan terhadap kemajuan
peserta didik berdasarkan tugas dan latihan
7)
Menilai kemajuan belajar peserta didik
8)
Mengembangkan pengetahuan dan kepandaian
yang telah dimiliki peserta didik.
b.
Model belajar kognitif
Model belajar
kognitif memiliki perspektif bahwa para peserta didik memproses informasi dan
pelajaran melalui upayanya mengorganisir, menyimpan, dan kemudian menemukan
hubungan antara pengetahuan yang baru dengan pengetahuan yang telah ada. Model
ini menekankan pada bagaimana informasi diproses. Peneliti yang mengembangkan teori kognitif ini
adalah Ausubel dan Bruner. Dari ketiga peneliti ini,
masing-masing memiliki penekanan yang berbeda. Ausubel menekankan pada apsek
pengelolaan (organizer) yang memiliki pengaruh utama terhadap belajar. Bruner
bekerja pada pengelompokkan atau penyediaan bentuk konsep sebagai suatu jawaban
atas bagaimana peserta didik memperoleh informasi dari lingkungan. Suatu tugas
dapat dipelajari dengan baik urutan yang spesifik pada Sembilan peristiwa,
yaitu:
1) Memperoleh
perhatian
2) Informasi
peserta didik pada tujuan
3) Prasyarat
daya ingat sebagai prasyarat belajar
4) Menyajikan
materi baru
5) Menyediakan
bimbingan belajar
6) Menyatakan
capaian
7) Menyatakan
umpan balik sebagai ketepatan
8) Menaksir
capaian
9) Penambahan
ingatan dan daya ingat
c. Konstruktivisme
Kontruksi berarti
bersifat membangun, dalam konteks filsafat pendidikan dapat diartikan konstruktivisme
adalah suatu upaya membangun tata susunan hidup yang berbudaya modern. Konstruktivisme
merupakan landasan berfikir (filosofi) pembelajaran konstektual yaitu bahwa pengetahuan dibangun oleh manusia
sedikit demi sedikit, yang hasilnya diperluas melalui konteks yang terbatas dan
tidak sekonyong-konyong.
Pengetahuan bukanlah
seperangkat fakta-fakta, konsep, atau kaidah yang siap untuk diambil dan
diingat. Manusia harus mengkontruksi pengetahuan itu dan memberi makna melalui
pengalaman nyata. Dengan teori konstruktivisme siswa dapat berfikir untuk
menyelesaikan masalah, mencari idea dan membuat keputusan. Siswa akan lebih
paham karena mereka terlibat langsung dalam mebina
pengetahuan baru, mereka akan lebih pahamdan mampu mengapliklasikannya dalam
semua situasi. Selian itu siswa terlibat secara langsung dengan aktif, mereka
akan ingat lebih lama semua konsep.
Pembelajaran kotruktivisme
berdasarkan pemahaman Piaget, yaitu:
1) Gambaran
mental seseorang dihasilkan pada saat berinteraksi dengan lingkungannya
2) Pengetahuan
yang diterima oleh seseorang merupakan proses pembinaan diri dan pemaknaan,
bukan internalisasi makna dari luar
Pembelajaran menurut
kontruktivisme personal, memiliki beberapa anggapan (postulat), yaitu:
1) Set
mental (idea) yang dimiliki peserta didik mempengaruhi panca indera dan pada
akhirnya akan berpengaruh terhadap proses pembentukan pengetahuan
2) Input
yang diterima peserta didik tidak memiliki makna yang tetap
3) Peserta
didik menyimpan input yang diterima tersebut ke dalam memorinya
4) Input
yang tersimpan dalam memori tersebut dapat digunakan lagi untuk menguji input
lainyang baru diterima
Permasalahan pembelajaran di kelas anak usia dini dapat
dilakukan oleh guru anak usia dini dengan mengadopsi pendapat Hunts dengan prosedur ROPES, yaitu:
a. Review: langkah yang dilakukan guru
dalam melihat dan mengukur kesiapan anak mempelajari materi pelajaran hari ini
dengan melihat penguasaan materi sebelumnya yang sudah mereka pelajari sebagai
dasar untuk memahami pelajaran tersebut.
b. Overview: guru menyampaikan program
pembelajaran yang akan dijelaskan hari ini dengan menyampaikan isi secara
singkat dan guru mempersilakan anak untuk menyampaikan usul saran mereka dalam
proses pembelajaran agar anak tidak merasa tertekan selama proses pembelajaran
dan anak merasa dihargai sehingga anak merasa senang dengan proses pembelajaran
yang dikembangkannya itu.
c. Presentasi: tahap guru menyampaikan
penjelasan penting tentang isi pelajaran hari itu, dimana guru melakukan proses
menceritakan, menunjukan dan proses mengerjakan.
d. Exercise: tahap dimana guru memberikan
kesempatan ada anak untuk melatih apa yang telah mereka peroleh dari guru
sesuai dengan proses pemahaman mereka selama proses pembelajaran berlangsung.
e. Summary: tahap dimana guru meringkaskan
dari hasil belajar.
Komunikasi guru dengan anak ada dua macam, yaitu komunikasi
verbal dan komunikasi non verbal.
a. Komunikasi
verbal: komunikasi yang menggunakan kata-kata baik secara tertulis maupun
diucapkan. Contoh: Tanya jawab antara guru dengan murid.
b. Komunikasi
non verbal: komunikasi yang tidak menggunakan kata-kata, tidak bisa didengar,
dan tidak bisa dibaca dalam uraian kata-kata tertulis tetapi hanya bisa
dipahami dari berbagai isyarat dengan gerakan anggota tubuh dalam
engekspresikan suatu pesan. Contoh: murid yang menyalami tangan gurunya.
2.3
Permasalahan
Guru Paud
Istilah pendidik anak usia dini secara umum sama dengan
pamong belajar, fasilitator, tutor dan lain sebagainya yang diidentikkan
memiliki ciri atau sifat-sifat sebagai berikut: sosok yang memiliki kharisma,
kemampuan merancang program pembelajaran, mampu mwnata dan mengelola kelas
dengan efektif, efisien, sosok dewasa yang secara sadar dapat mendidik,
mengajar membimbing dan menjadikan guru sebagai profesi yang memerlukan
keahlian khusus.
Disamping sebai pendidik yang professional, guru anak usia
dini juga memiliki fungsi sebagai berikut.
a. Fungsi
adaptasi
Berperan dalam
membantu anak dalam melakukan penyesuaian diri dengan berbagai kondisi
lingkungan serta menyesuaikan diri dengan dirinya sendiri.
b. Fungsi
sosialisasi
Berperan dalam
membantu anak agar memiliki keterampilan-keterampilan sosial yang berguna dalam
pergaulan dan kehidupan sehari-hari.
c. Fungsi
pengembangan
Berkaitan dengan
pengembangan berbagai potensi yang dimiliki anak.
d. Fungsi
bermain
Brkaitan dengan
pemberian kesempatan pada anak untuk bermain, karena bermain adalah hak anak.
e. Fungsi
ekonomik
Adalah pendidikan
yang terencana untuk anak yang merupakan juga investasi jangka panjang
orangtua.
Kedudukan anak usia dini menurut
perundang-undangan yaitu:
a. Menurut
Undang-Undang No. 20/2003, Pasal 39 Ayat 2
Pendidikan merupakan
tenaga professional yang bertugas merencanakan dan melaksanakan proses
pembelajaran, menilai hasil pembelajaran, melakukan bimbingan dan pelatihan,
serta melakukan penelitian dan pengabdian kepada masyarakat, terutama bagi
pendidik pada perguruan tinggi.
b. UU
No. 14 Pasal 7 Ayat 1
UU ini mengatur
tentang sikap profesionalisme guru.
Dalam melihat
permasalahan pendidikan anak usia dini pasti tidak terlepas dari kualitas guru
yang mengajar. Guru yang professional harus memenuhi standar kompetensi yang
telah ditetapkan oleh undang-undang dan pemerintah dengan memenuhi empat
Kompetensi Pendidikan PAUD.
c. UU
No 20 Pasal 40 Ayat 2
Kewajiban pendidikan
yaitu:
1) Menciptakan
suasana pendidikan yang bermakna, menyenangkan, kreatif, dinamis, dan dialogis.
2) Mempunyai
komitmen secara professional untuk meningkatkan mutu pendidikan.
3) Memberi
teladan dan menjaga nama baik lembaga, profesi, dan kedudukan sesuai dengan
kepercayaan yang diberikan kepadanya.
Peraturan
Pemerintah No. 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan Bab VII,
mengatur kompetensi pendidik yang terdiri dari empat komponen, yaitu:
a. Kompetensi
pedagogis, yang mencakup kemampuan-kemampuan dalam memahami, menguasai dan
mengembangkan teori objek dari pendidikan, subjek dari pendidikan serta media
pendukung dalam pembelajaran.
b. Kompetensi
kepribadian, yang mencakup kemampuan untuk dapat menampilkan pribadi yang dapat
menjadi panutan.
c. Kompetensi
professional, yang mencakup kemampuan untuk dapat berkomunikasi bekerja sama
dan bersikap terbuka dengan lingkungan bekerjanya.
d. Kompetensi
sosial, yang mencakup kemampuan untuk dapat menguasai serta mengamalkan ilmu
kependidikan serta bekerja dengan integritas yang penuh untuk peserta didik dan
lembaganya.
Peran
Guru Anak Usia Dini yaitu:
a. Sebagai
fasilitator
Sebagai fasilitator
guru hendaknya dapat menyediakan fasilitas yang memungkinkan kemudahan kegiatan
belajar mengajar.
b. Sebagai
mediator
Guru hendaknya
memiliki pengetahuan dan pemahaman yang cukup tentang media pendidikan dalam
berbagai bentuk dan jenisnya baik media non material maupun material.
c. Sebagai
motivator
Sebagai motivator
guru hendaknya dapat mendorong anak didik agar bergairah dan aktif belajar.
d. Sebagai
informator
Sebagai informator
guru harus dapat memberikan informasi perkembangan ilmu pengetahuan dan
teknologi selain sejumlah bahan pelajaran untuk setiap mata pelajaran yang
diprogramkan dalam kurikulum.
e. Sebagai
evaluator
Guru dituntut untuk
menjadi evaluator yang baik dan jujur dengan memerikan penilaian yang menyentuh
aspek intrinsik dan ekstrinsik.
f. Sebagai
pembimbing
Guru hendaknya
selalu membimbing anak didik untuk menuju ke arah yang lebih baik.
2.4
Suasana
Belajar (Learning Climate)
2.4.1 Pengertian Suasana Belajar
Suasana belajar dapat berupa penerapan hubungan perasaan
dalam pribadi yang disosialisasikan ke dalam pola-pola interaksi, seperti
reaksi emosional terhadap kelompok, rasa puas terhadap kelompok, rasa frustasi,
dan sebagainya, dimana interaksi akan dapat menimbulkan suasana belajar yang
membahagiakan bagi anak. Contohnya antara guru dan anak harus saling
hormat-menghormati, harga-menghargai, dan berinteraksi dengan baik. Menciptakan
suasana belajar yang hidup di dalam kelas, guru perlu melakukan perubahan paradigma
pembelajaran, dan merubah gaya dalam berinteraksi di kelas (seperti gaya
interaksi diktator, liberal, demokratis) sebab gaya yang digunakan oleh guru
dalam mengajar mempengaruhi suasana kelas selama proses pembelajaran
berlangsung, dan gurunya berupaya menciptakan lingkungan yang dapat membuat
murid belajar hal-hal seperti mendorong dan memberanikan anak untuk
berinteraksi satu sama lain. Gagne
(1992) mengatakan bahwa yang mempengaruhi suasana belajar terdiri dari kondisi
internal dan kondisi eksternal. Kondisi internal adalah kesiapan anak dalam
memahai materi pembelajaran yang telah dipelajari, sedangkan kondisi eksternal
yaitu stimulus yang secara sengaja diatur oleh guru dengan tujuan memperlancar
proses pembelajaran. Hal ini dapat
dinyatakan bahwa hasil belajar anak dipengaruhi oleh faktor lingkungan belajar
yang dalam hal ini adalah suasana belajar yang kondusif sehingga anak merasa
nyaman dan tertarik untuk belajar.
Prinsip-prinsip belajar anak uasi dini yaitu sebagai berikut.
a. Sesuai
dengan tahap perkembangan anak
b. Sesuai
dengan kebutuhan khusus setiap anak
c. Mengembangkan
potensi anak
d. Membangun
pengetahuan anak
e. Anak
belajar dengan baik apabila merasa aman dan nyaman secara fisik dan
psikologinya
f. Belajar
melalui bermain
g. Kepatutan
menurut konteks agama, sosial, dan budaya
Pengertian suasana belajar (learning climate) menurut beberapa ahli yaitu sebagai berikut.
a.
Dave Meier
dan Hernowo (2007)
Suasana belajar
adalah suatu situasi yang menimbulkan bangkitnya minat, adanya keterlibatan
anak secara penuh, terciptanya makna, adanya pemahaman atau penguasaan materi,
adanya nilai yang membahagiakan bagi anak dan melahirkan sesuatu yang baru dan
dapat membawa perubahan terhadap diri pemmelajar.
b.
Bobbi De
Porter dan Mike Hernacki (2001)
Suasana belajar yang
menyenangkan adalah terbangunnya emosi positif.
c.
Soegeng
Santoso (2002)
Suasana belajar
adalah suatu kondisi atau keadaan tempat yang ada di sekitar anak yang
mempengaruhi berlangsungnya proses pembelajaran, memungkinkan anak belajar, serta
dapat mengembangkan kreativitas.
d.
Bedjo
Siswanto (1987)
Suasana belajar
adalah suasana yang terjadi dalam suatu organisasi yang diciptakan oleh hubungan antar pribadi.
e.
Sujana
(2000)
Suasana belajar
mencakup banyak faktor yaitu kemampuan guru, motivasi belajar, minat,
perhatian, sikap, kebiasaan belajar, ketekunan, sosial ekonomi, fisik dan
psikis.
Jadi secara umum, suasana belajar
adalah proses menciptakan hubungan yang positif antar individu dalam proses
belajar, memungkinkan anak belajar dengan nyaman, mengembangkan kreativitas
anak, mencakup semua aspek pembelajaran yang saling berhubungan dan
terintegrasi satu sama lainnya. Suasana belajar yang kondusif akan membuat anak
menjadi mampu belajar dengan pencapaian tingkat pengetahuan yang baik, mereka
menjadi anak yang peka (berarti berfikir tajam, kritis, dan tanggap terhadap
pikiran dan perasaan orang lain), mandiri (berarti berani dan mampu bertindak
tanpa selalu tergantung pada orang lain), dan bertanggung jawab (berarti siap
menerima akibat dari keputusan dan tindakan yang diambil).
Suasana belajar yang kondusif adalah
suasana belajar mengajar yang membuat siswa melakukan:
a. Interaksi
Belajar akan terjadi
dan meningkat kualitasnya bila terjadi suasana interaksi dengan orang lain.
Interaksi dapat berupa diskusi, saling bertanya dan mempertanyakan, saling
menjelaskan, dan lain-lain.
b. Komunikasi
Pengungkapan pikiran
dan perasaan, baik secara lisan maupun tulisan, merupakan kebutuhan setiap
manusia dalam rangka mengungkapkan dirinya untuk mencapai kepuaasan.
c. Refleksi
Suasana belajar juga
terkait dengan komunikasi yang terjadi di dalam kelas. Dimana sepanjang
hari-hari di sekolah terjadi percakapan antara peserta didik dengan peserta
didik, serta antara guru dengan peserta didik. Dalam proses pembelajaran terjadi
penyampaian informasi dengan pola komunikasi yang dapat kita pilih agar proses suasana
belajar menjadi efektif:
1) Pola
komunikasi satu arah
Peserta didik
mendengarkan dan mencatat informasi dari guru. Antara guru dan peserta didik
ada garis pemisah yang tegas.
2) Pola
komunikasi dua arah
Peserta didik tidak
hanya mendengar dan mencatat tetapi peserta didik sudah dapat bertanya dan
menjawab pertanyaan dari guru.
3) Pola
komunikasi tiga arah
Peserta didik tidak
sekedar mendengar, mencatat bertanya dan menjawab pertanyaan guru, tetapi
peserta didik dapat bertanya dan menjawab pertanyaan guru, tetapi peserta didik
dapat bertanya dan menjawab pertanyaan peserta didik yang lain.
4) Pola
komunikasi multi arah (multi dimensi)
Komunikasi dengan
guru hanya bila perlu saja, antara guru dan peserta didik tidak ada garis
pemisah.
Dari penjelasan diatas, pola
keempatlah yang paling memberi kesempatan kepada siswa untuk memutuskan sendiri
apa yang mau dipelajari secara bersama-sama dalam kelompoknya. Peserta didik
dipandang sebagai individu yang dapat merencanakan apa yang akan dipelajari
bersama. Guru sebagai sumber informasi hanya sebagai fasilitator dan
dinamisator pada kehidupan kelompok.
2.4.2 Suasana Belajar Kooperatif
Pengertian
suasana belajar kooperati menurut beberapa ahli:
a.
Slavin
(1995)
Suasana belajar
kooperatif adalah dimana anak belajar berkelompok, berpartisipasi, dan berkerja
sama dalam kegiatan pembelajaran serta terjadi interaksi positif untuk meraih
tujuan.
b.
Johnson
(1999)
Suasana belajar
kooperatif adalah dimana siswa belajar bersama dalam kelompok kecil, saling
bekerjasama membantu teman yang lain.
c.
Featherstone
(1986)
Suasana belajar
kooperatif adalah untuk membantu para siswa meraih sukses pada setiap tingkat
pencapain akademik, kerja tim, membantu teman, memberi kontribusi kepada
kelompok dan sukses bersama serta semua peserta didik dapat meningkatkan
pengetahuan mereka dengan bekerja sama dengan orang lain.
d.
Sullo (2007)
Suasana kooperatif
peserta didik membutuhkan kekuatan dan kebebasan khususnya instruksi dan
bantuan dari orang dewasa dimana hal ini merupakan waktu yang ideal untuk
membantu peserta didik mengembangkan pondasi tingkah laku dalam meraih
kebebasan mereka dalam belajar.
Secara umum, pengertian dari suasana belajar kooperatif adalah proses belajar dimana mengerjakan
sesuatu secara bersama-sama dengan saling membantu satu sama lainnya sebagai
suatu kelompok atau satu tim, meraih sukses bersama, terjadi interkasi positif,
semua peserta didik dapat meningkatkan pengetahuan dengan bekerja sama.
Tujuan pembelajaran kooperatif menurut Ibrahim, dkk (2000) ada tiga tujuan pembelajaran kooperatif, yaitu:
a. Meningkatkan
kinerja peserta didik dalam tugas-tugas akademik
b. Penerimaan
yang luas terhadap orang yang berbeda menurut ras, budaya, kelas sosial,
kemampuan, maupun ketidak mampuan
c. Mengajarkan
kepada peserta didik keterampilan kerjasama dan kolaborasi
Menurut Piaget
perkembangan intelektual didasarkan pada dua fungsi, yaitu organisasi dan
adaptasi. Organisasi memberikan kemampuan untuk mensistematikkan atau
mengorganisasikan proses-proses psikologi menjadi sistem-sistem yang teratur
dan berhubungan. Dan setiap orang
memiliki kecenderungan mnyesuaikan diri di lingkungannya.
Menurut Slavin
dalam teori Vigotsky menekankan pada
empat prinsip utama dalam
pembelajaran, yaitu:
a. Hakekat
sosial dari pembelajaran
b. Zona
perkembangan terdekat
c. Pemagangan
kognitif
d. Mediated
learning
Tahapan pembelajaran
kooperatif Slavin, yaitu:
a. Tahap
persiapan/ Pra Implementasi
1) Guru
mempersiapkan rancangan pembelajaran dengan membuat skenario pembelajaran
2) Menyiapkan
bahan ajar
3) Penyampaian
tujuan
4) Pembentukkan
kelompok berkemampuan heterogen selai itu diperhitungkan kriteria heterogenitas
lainnya seperti nilai prestasi, jenis kelamin, dan ras
b. Tahap
pelaksanaan/inti
1) Diskusi
masalah
2) Membimbing
siswa bekerja dan belajar secara kelompok
c. Tahap
penutup
1) Membuat
skor individual dan skor tim
2) Menyimpulkan
bahan ajar
3) Pengakuan
pada prestasi tim
4) Menindaklanjuti
kegiatan
5) Mengakhiri
kegiatan (evaluasi)
6) Refleksi
Dalam pembelajaran kooperatif Jonhson menyebutkan adanya lima
ciri pokok yaitu:
a. Adanya
saling ketergantungan positif
b. Adanya
interaksi tatap muka
c. Adanya
akuntabilitas individual
d. Adanya
keterampilan mendalam hubungan antar pribadi
e. Adanya
evaluasi proses kelompok
Berikut deskripsi bagaimana peran siswa dalam kelompok
pembelajaran suasana kooperatif:
PERAN PESERTA DIDIK
|
DESKRIPSI
|
Mendorong
|
Mendorong anak yang enggan dan pemalu untuk berpartisipasi
|
Pujian
|
Menunjukkan, penghargaan, kontribusi orang dan memuji keberhasilan
|
Penyeimbang
|
Penyeimbang partisipasi dan tidak satu orang pun yang mendominasi
|
Pelatihan
|
Membantu menjelaskan pencapaian akademik dan konsep-konsep
|
Moderator
|
Memastikan bahwa semua pertanyaan siswa terjawab
|
Pengecek
|
Mengecek pemahaman kelompok
Menjaga kelompok tetapi dalam pelaksanaan tugas
Menulis ide-ide, keputusan, dan perencanaan
|
Pengarah tugas
|
Menjaga agar kelompok selalu menyadari kemajuan dan kemunduran
|
Perekam
|
Memonitori tingkat keributan
|
Keamanan
|
Menjaga suasana agar tetap aman
|
Ciri-ciri
belajar kooperatif:
a. Pendidik
harus mengupayakan terwujudnya interaksi antar peserta didik yang berada dalam
sebuah kelompok.
b. Pendidik
harus menciptakan interdependensi positif di kalangan anggota kelompok.
c. Kemampuan
masing-masing anggota kelompok diperhitungkan secara adil.
d. Strategi
belajar kooperatif menekankan pada pencapaian tujuan bersama.
2.4.3 Suasana Belajar Kompetitif
Pengertian
suasana belajar kompetitif menurut beberapa ahli, yaitu:
a.
Jonhson
(1993)
Kompetitif adalah
persaingan satu sama lainnya untuk meraih tujuan yang bersifat individu,
mencari keuntungan untuk diri sendiri.
b.
Kolawole
(2008)
Suasana belajar
kompetitif adalah suasana belajar yang lebih tepat diberikan bila peserta didik
perlu melihat materi yang dipelajari.
c.
Sullo (2007)
Pembelajaran
kompetitif siswa membutuhkan kekuatan, kebebasan dalam proses pembelajaran di
kelas.
Secara umum, pengertian dari suasana
belajar kompetitif adalah suasana belajar yang memfokuskan peserta didik untuk
berusaha menjadi yang terbaik dan tercepat di kelasnya.
Situasi yang kompetitif
dicirikan dengan adanya sikap negatif dimana ketika seseorang menang, maka yang
lain berarti kalah. Dalam situasi belajar, peserta didik akan mandiri dan
bekerja sendiri dalam mencapai kesuksesan, sehingga kesuksesan dan kegagalan
seseorang tidak akan berpengaruh terhadap kelompoknya. Menurut Johnson & Johnson (1994)
ada beberapa anggapan yang tidak selamanya benar, yang biasa dijadikan alasan
digunakannya metode kompetitif dalam praktek pembelajaran, diantara anggapan
tersebut adalah:
a.
Masyarakat
kita penuh dengan suasana kompetitif, karena itu siswa harus dipersiapkan untuk
menghadapi keadaan ini.
b.
Prestasi,
sukses, penampilan yang terhormat, ambisi, menjadi pimpinan yang hebat, dan
lain sebagainya semuanya berhubungan dengan kompetisi dengan yang lain.
c.
Kompetisi
membangun karakter dengan situasi kompetitif.
d.
Para
siswa lebih berhubungan dengan situasi kompetitif
e.
Kompetisi
mampu membangun percaya diri dan harga diri.
BAB III
PENUTUP
3.1 Simpulan
Dari pembahasan di atas dapat disimpulkan sebagai berikut.
1.
Pembelajaran
adalah suatu proses membangun situasi dan kondisi belajar melalui penataan
setiap komponen pembelajaran mulai dari
tujuan, materi, metode dan media, alokasi waktu, evaluasi yang mendorong
timbulnya kegiatan belajar sehingga memungkinkan akan memperoleh pengalaman
belajar, suasana yang dapat menciptakan kenyamanan dan kemudahan anak dalam
belajar sehingga terjadi interaksi selama proses pembelajaran.
2. Untuk menciptakan proses
pembelajaran yang baik, seorang guru anak usia dini harus pintar membuat model
dan media pembelajaran yang menarik bagi anak, disamping itu guru harus
melakukan pendekatan-pebdekatan kepada anak.
3. Begitu banyak permasalahan yang
dialami guru PAUD dalam proses mengajar, dimana seorang guru PAUD harus bisa
menjalankan fungsi dan peranannya sebagai guru.
4. Suasana
belajar adalah proses menciptakan hubungan yang positif antar individu dalam
proses belajar, memungkinkan anak belajar dengan nyaman, mengembangkan
kreativitas anak, mencakup semua aspek pembelajaran yang saling berhubungan dan
terintegrasi satu sama lainnya. Suasana belajar terdiri dari suasana belajar
kooperatif dan suasana belajar kompetitif.
3.2 Saran
Adapun saran yang ingin disampaikan melalui makalah ini
yaitu sebagai berikut.
1. Kepada guru anak usia dini
diharapkan bisa membuat proses belajar di kelas dengan baik dan menarik supaya
anak didik lebih mudah memahami materi yang disampaikan.
2. Kepada pemerintah sebaiknya lebih
memperhatikan perkembangan anak usia dini.
DAFTAR PUSTAKA
Anonim.
2008. Variabel Pembelajaran.
Akses: 27 September
2014.
Anonim.
2012. Teori Belajar Reigeluth.
http://melatirohul-melati.blogspot.com/2012/05/teori-belajar-reigeluth.html. Akses: 28 September 2014.
Anonim. 2013. Pengertian
Komunikasi Verbal dan Nonverbal. http://wantysastro.wordpress.com/2013/06/01/pengertian-komunikasi-verbal-dan-nonverbal-beserta-contoh-dan-slogan-produk/. Akses : 28 September 2014.
Yamin,
Martinis. 2012. Panduan PAUD Pendidikan Anak Usia Dini. Jakarta:
Referensi.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar